Kuba dan Teluk Guantanamo

Hubungan Kuba dengan Amerika Serikat memang agak aneh. Kuba boleh saja dikenal sebagai pemimpin negara anti-AS di kawasan Amerika Latin. Namun di daratan negara tersebut, tepatnya di Teluk Guantanamo, bercokollah salah satu Pangkalan Angkatan Laut AS yang dikenal dengan penjaranya yang punya pengamanan ekstra ketat, Guantanamo.

Di sebelah selatan Florida, negara bagian Amerika Serikat, di antara Samudera Atlantik, Teluk Meksiko, dan Laut Karibia, terdapat gugusan pulau-pulau Karibia. Pada gugusan pulau itu terdapat sejumlah negara. Satu pulau kira-kira sebesar Pulau Jawa, dikenal dengan nama Kuba dengan ibu kota La Habana/Havana.

Salah satu provinsi yang juga merupakan nama teluk dan kota di tenggara pulau Kuba itulah yang bernama Guantanamo.

Teluk Guantanamo dijadikan pangkalan Angkatan Laut AS, dan di situ ditempatkan sekitar 9.500 orang marinir. AS resminya menyewa Pangkalan AL Guantanamo ini dari pemerintah Kuba sebelum Castro. Castro tidak mengakui perjanjian itu, namun dia tidak berdaya mengusir para serdadu AS tersebut karena AS berdalih bahwa perjanjian sewa-menyewa itu resmi dan dilindungi hukum internasional.

Lalu, sejak awal tahun 2002, Guantanamo dijadikan penjara hidup paling kejam di dunia. Di tempat tersebut disembunyikan sekitar 500 tahanan yang dituduh AS sebagai teroris dan pengikut Al-Qaeda.

Sebagai pangkalan angkatan laut AS, pangkalan tersebut memiliki fasilitas lengkap termasuk lapangan udara. Pangkalan tersebut terpisah dari Kota Guantanamo, ibukota provinsi Guantanamo, Kuba. Kota itu terletak sekitar 34 kilometer utara teluk Guantanamo. Sampai tahun 1843, kota yang didirikan sekitar 1819 ini dinamakan Santa Catalina del Saltadero del Guaso. ~nick_end

Tulisan ini telah dimuat pada rubrik International News di IRN Buletin Edisi 22 , Februari 2009 hal. 9 .

Ikhwanul Muslimin Mesir akan bentuk Partai Politik

Kairo  – Ikhwanul Muslimin Mesir mengatakan bahwa organisasi itu akan mendirikan partai politik setelah larangan pembentukan partai dicabut.

Organisasi Muslim itu mengatakan telah mendeklarasikan keinginan untuk mendirikan sebuah partai sejak beberapa tahun yang lalu namun terhenti oleh peraturan partai politik pada masa pemerintahan Mubarak.

“Saat tuntutan kebebasan mendirikan partai terwujud, kami akan mendirikan partai politik,” ungkap pernyataan tersebut yang disiarkan di jejaring Ikhwanul Muslimin pada 14 Februari.

Ikhwanul Muslimin didirikan pada 1920an dan memiliki ikatan yang erat terhadap warga Muslim yang konservatif. Mubarak membuat larangan resmi terhadap organisasi itu namun pemerintahannya memberi toleransi karena mereka tidak menentang pemerintah.

Ikhwanul Muslimin mengatakan pada Sabtu bahwa mereka tidak akan mengejar jabatan presiden atau mayoritas parlemen dalam pemilu yang telah dijanjikan oleh penguasa militer Mesir.(KR-BPY/H-RN)

Selasa, 15 Februari 2011 17:00 WIB
sumber : http://www.antaranews.com/berita/246192/ikhwanul-muslimin-mesir-akan-dirikan-partai

Liputan Kuliah Umum "Gelombang Reformasi Mesir" bersama Amien Rais

Kuliah Umum ini diadakan oleh Jurusan Hubungan Internasional UMY dalam rangka memberikan tambahan pengetahuan kepada mahasiswa UMY pada umumnya , dan mahasiswa HI UMY khususnya pada 14 Februari 2011 . Kuliah Umum ini menghadirkan Prof. Dr. HM. Amien Rais selaku presentator dan didampingi Ketua Program Studi HI , bapak Sugeng Riyanto .

Antusiasme mahasiswa mulai terlihat sejak pukul. 08.00 WIB yang telah berkumpul di Gedung AR-Fachruddin B Lt. 5 . Amien Rais memasuki ruangan tepat pukul. 09.00 WIB yang langsung disambut dengan tepuk tangan dari para Mahasiswa yang sudah menanti sejak pagi .

Kuliah Umum ini dibuka oleh bapak Sugeng Riyanto selaku Ketua Prodi HI sekedar memberikan sambutan singkat , dan kemudian diambil alih oleh bapak Prof. Dr. Amien Rais . Di awal kuliah umumnya , beliau menyinggung tema Kuliah Umum yang mengandung kata ‘reformasi’ .

Beliau berkomentar bahwa yang terjadi di Mesir bukanlah sebuah ‘reformasi’ melainkan sebuah ‘revolusi’ adapun perbandingannya , bila reformasi bersifat tidak radikal dan sektoral sedangkan revolusi menyangkut keinginan dan kemauan rakyat dan bersifat mempengaruhi keseluruhan .

Dalam kuliah umumnya juga beliau menyinggung peranan Ikhwanul Muslimin pada revolusi Mesir . Kelompok ini sangat revolusioner ungkap beliau , oleh karena itu tidak heran bahwa revolusi Mesir ini merupakan dorongan dari pihak mereka .

Disamping itu beliau juga membeberkan 2 perbedaan antara reformasi Indonesia (1998) dan revolusi Mesir (2011) , yakni jika pada saat reformasi Indonesia ketika terjadi demo besar – besaran maka hanya butuh 1 hari presiden Indonesia langsung mundur dan meletakkan jabatan , sedangkan revolusi Mesir butuh 18 hari untuk melengserkan pemimpin negeri tersebut .

Perbedaan yang kedua terletak pada suksesi kepemimpinan , jika pada reformasi Indonesia kekuasaan langsung diserahkan pada wakil Presiden yang pada waktu itu adalah BJ. Habibie , sedangkan revolusi Mesir suksesi kepemimpinan tidak ada , sehingga kekuasaan diserahkan kepada Dewan Militer.

Tentunya harapan kita , situasi Mesir akan kembali kondusif dan juga sistem Pemerintahan dapat berjalan dengan lancar . Dan juga pada proses Pemilihan Umum yang rencananya akan dilaksanakan pada bulan September 2011 dapat berjalan dengan Langsung , Umum , Bebas , Rahasia , Jujur , dan Adil . (fikar)

baca juga berita dari media lainnya :
Amien Rais : Revolusi Mesir dan Reformasi 1998
Efek Domino Negara Arab terhadap Pemerintahan SBY
Amien Rais : Sulit Gulingkan SBY
Perbedaan RI dan Mesir versi Amien Rais
Amien Rais : Revolusi Mesir Tak Mampu Ulang Reformasi 1998
Persamaan Kepemimpinan Mesir pada masa Era Reformasi Indonesia
Inilah ! Alasan SBY tidak bisa Digulingkan versi Amien

Global Warming : Apakah Hanya Sekedar Green ‘fashion’ Environment?

Save our earth!
Stop global warming!
Say no to plastic bag!

Tagline di atas sudah tidak awam lagi di telinga kita. Tagline semacam itu banyak dapat kita baca di spanduk, baliho, iklan produk, bahkan di kaos-kaos.
Global warming, sebuah isu tua yang diremajakan. Kira-kira seperti itulah pendapat saya mengenai isu global warming, climate change, dan teman-teman sejawatnya, yang akhir-akhir ini banyak digembor-gemborkan.

Seperti efek domino, isu yang mulanya hanya menjadi santapan sekelompok orang yang termarjinalkan (menurut saya), tiba-tiba menjadi menu wajib di setiap perbincangan. Seakan mendapat wangsit dalam semalam, dunia tiba-tiba menjadi satu suara meneriakkan stop global warming.

Acara-acara bertajuk peduli lingkungan, menyelamatkan bumi seakan menjadi ritual wajib. Aksesoris pendukung seperti kaos dan pin bertuliskan stop global warming seakan menjadi kebutuhan primer yang wajib terpenuhi. Bahkan saking boomingnya isu ini, sebuah band pun tak mau ketinggalan menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan memberi nama bandnya ‘efek rumah kaca’.

Harus diakui kepedulian terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan berbagai kegiatan bertajuk menyelamatkan lingkungan merupakan sebuah fenomena yang wajib kita syukuri. Coba bayangkan bagaimana indahnya dunia ini bila manusia-manusianya peduli terhadap lingkungan.

Tidak hanya kita yang merasakan, tapi anak cucu kita pun turut merasakan ‘kasih sayang’ bumi. Namun bukan bermaksd skeptis atau sinis, menurut saya, isu peduli lingkungan tak jarang banyak diasumsikan sebagian orang sebagai sebuah trend yang sedang in dan wajib diikuti. Seakan terdapat sebuah peraturan tak tertulis yang menyatakan bahwa ga’ tau global warming berarti ga’ gaul, katrok, ketinggalan zaman”.

Bahkan para produsen baik fashion, makanan, ataupun barang lainnya pun jeli melihat isu ini sebagai komoditas yang menguntungkan. Sebagai contoh, banyak rumah makan yang menyerukan makanan organik, ramah lingkungan. Banyak produk fashion seperti kaos, pin, dan pernak-pernik lainnya yang menggunakan gambar atau model-model yang melambangkan lingkungan, seperti gambar bumi, hutan, atau hanya sekedar tulisan “Save Our Planet”. Cukup miris sebenarnya, karena pada akhirnya menjadi pertanyaan tersendiri apakah masyarakat memang mulai peduli terhadap lingkungan ataukah terjebak menjadi korban trend semata?

Tidak dapat disalahkan memang bila secara tiba-tiba banyak yang menjadi penggemar fanatik Al Gore dengan semangat lingkungannya. Dan tidak menjadi salah bila isu lingkungan ini kemudian menjadi sebuah trend, karena bisa saja dari sekedar hanya mengikuti trend akhirnya menjadi benar-benar peduli.

Namun kemudian yang harus diperhatikan adalah ketika semangat peduli lingkungan tidak diimbangi dengan pemahaman yang benar mengenai lingkungan. Sekali lagi bkan bermaksud skeptis, sinis, atau sok tau, tapi yang terjadi sekarang ini adalah banyak pihak yang secara tiba-tiba dan berjamaah menjadi pecinta lingkangan, menggembor-gemborkan stop global warming, namun tidak memahami makna sebenarnya dari global warming, dan berbagai istilah di dalamnya.

Sebagai contoh, ketika ditanya mengenai global warming, kebanyakan dari orang akan menjawab bahwa global warming adalah kondisi menjadi panas dikarenakan lubang ozon yang menipis dan sunar tra violet yang bebas masuk tanpa penghalang menuju bumi. Atau menegenai efek rumah kaca, banyak yang menyatakan bahwa efek rumah kaca adalah kondisi dimana bumi menjadi panas karena banyaknya gedung pencakar langit yang menggunakan kaca, sehingga panas matahari salaing memantul dan memanaskan bumi.

Sungguh suat terminologi cinta lingkungan yang memilukan bukan?

Sekali lagi, bukan bermaksud mengecilkan semangat peduli lingkungan yang ada, tapi rasanya perlu sebuah kebijaksanaan dalam menyikapi dan menerapkan kepedulian terhadap lingkungan. Lebih baik mengetahui bagaimana harus bersikap bijaksana tanpa harus fanatik membabi buta terhadap lingkungan.

Sebagai contoh adalah mengenai kampanye Say No to Plastic Bag! Memang benar menurut penelitian bahwa dalam plastik terkandung zat-zat yang sulit didaur ulang alam, hingga akhirnya hanya menjadi tumpukan sampah. Namun apakah harus benar-benar melepaskan diri dari plastik? Mungkin kantong plastik dapat dikurangi, tapi bagaimana dengan plastik di chasing HP, laptop, layar TV, atau plastik di lapisan kartu ATM? Apakah harus kita tinggalkan atau buang? Rasanya saat ini cukup dibayangkan saja.

Mungkin kantong plastik dapat digantikan oleh kantong kertas, tapi bukankah akan menjadi masalah lagi karena untuk membuat kertas akan banyak pohon yang dikorbankan? Atau tidak pakai kantong plastik dan banyak orang yang menggantungkan hidup dari kantong plastik tidak lagi bisa makan?

Cukup dilematis memang, karena akan selalu ada kaitan dari semuanya. Lingkungan tidak dapat dianak emaskan, demikian pula yang lainnya, karena kesemuanya saling berkolerasi. Lingkungan, teknologi, ekonomi, dan sosial. Ada sebuah pertanyaan yang lebih mengarah pada pernyataan yang cukup bagus menurut saya “ lebih memilih mana?lingkungan rusak sedikit tapi semua bisa makan atau lingkungan tidak rusak sama sekali tetapi semua bisa makan?” (anonim).

Pada akhirnya memang butuh sebuah kebijaksanaan, karena akan selalu ada harga yang harus dibayar untuk mendapatkan sesuatu. Tetapi memilih dan bersikap bijaksana sesuai tempat dan kebutuhan mungkin adalah jalan yang terbaik sekarang ini.
Pada akhirnya mungkin kepedulian dan kecintaan terhadap lingkungan hanyalah sebuah trend.

Dan sebagaimana layaknya sebuah trend, isu, gosip, maka akan hilang dan muncul mengikuti masanya. Mungkin mudah kita mengatakan bahwa “saya mencintai lingkungan, sekarang dan sampai kapanpun”. Kata-kata yang manis bukan? Seperti janji yang sering diucapkan seseorang kepada kekasihnya. Tetapi seperti cinta sepasang kekasih yang kadang terhenti waktu, mungkin begitu juga yang terjadi ketika trend peduli lingkungan meredup digantikan trend lainnya. Tetapi yang harus kita ingat adalah, kepedulian kita terhadap lingkungan bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk orang-orang terkasih kita nanti.

Tidak perlu kata-kata besar untuk menunjukkan kepedulian kita terhadap lingkungan, namun hanya butuh sebuah tindakan nyata dengan kebijaksanaan. Dan rasanya itu dapat kita mulai dari diri sendiri dengan cara yang sederhana, karena lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.


Syilvia Pradhika Kurnialita
Mahasiswa Hubungan Internasional UMY 2006

Tulisan ini telah dimuat pada Majalah Diplomacy Magazine Edisi #1 , 2009.

Pers Mahasiswa mengadakan Sekolah Menulis

Seringkali Pers diidentikkan dengan bekerja ‘dibelakang layar’ , dengan memproduksi berita – berita seputar organisasi maupun perkembangan isu terkini . Namun , dalam acara kali ini punggawa Pers KOMAHI UMY mengadakan Sekolah Menulis , yakni sebuah acara yang melibatkan mahasiswa – mahasiswa UMY dalam memproduksi sebuah tulisan .

Sekolah Menulis ini akan diadakan sekali tiap bulannya yang akan menghadirkan pakar – pakar Jurnalistik yang akan memotivasi sekaligus mengarahkan peserta Sekolah Jurnalistik . Menurut Dyah Eka Sari selaku koordinator divisi Pers Mahasiswa , sekolah Menulis ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada mahasiswa UMY tentang dunia Pers dan Jurnalistik .

Untuk pertemuan I (bulan Februari) akan diadakan pada tanggal 17 Februari 2011 pukul. 14.00 WIB di Ruang Sidang Fakultas Ekonomi Gd. Ki Bagus Hadikusumo Lt. 2 . Dengan pembicara Krisno Wibowo (Wartawan Senior Harian Kedaulatan Rakyat) , dengan tema Menguak “Rahasia” Menulis di Media Massa .

Setelah pertemuan I ini akan dilaksanakan beberapa pertemuan lagi , tentunya dengan tema yang berbeda dan pembicara yang berkompeten di bidangnya . Bagi mahasiswa UMY yang ingin mendaftarkan diri via sms , ketik : SM # Nama Lengkap # Jurusan ; kirimkan ke – 085752649322 (trisno) atau ke 085735552939 (novi) .

Mengutip perkataan Pramoedya Ananta Toer , bahwa “Menulis adalah Soal Keberanian” . Jika anda berani , maka tunjukkanlah dengan menghasilkan tulisan – tulisan yang akan menggoncang dunia . (fikar)